SE-FISIP UMT, DRAMA ‘SAMPAI KAPAN?’ JADI JUARA DUA.



SE-FISIP UMT, DRAMA ‘SAMPAI KAPAN?’ JADI JUARA DUA.

Minggu, 17 Januari 2016, Universitas Muhammadiyah Tangerang mengadakan perlombaan drama antar kelas se-Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang diadakan di SMK Prudent School, Cipondoh, Tangerang.  Perlombaan dimulai dari jam 8.20-17.40 wib, agak mundur dari waktu yang telah direncanakan sebelumnya.
SMK Prudent School memiliki ruang pementasan yang cukup bagus dan lengkap. Ada 8 buah lampu yang bisa dipakai oleh divisi pencahayaan, mic, tirai yang bisa di buka-tutup, dan panggung yang cukup luas. Dilengkapi juga dengan pendingin ruangan dan beberapa kipas angin.
Dengan dua juri yang sudah duduk manis di depan, pementasan pun dibuka oleh kelas A Malam Ilmu Pemerintahan yang membawakan drama tentang Si Pitung. Entah karena para pemainnya gugup atau persiapannya memang kurang matang, drama tersebut terlihat banyak kekurangan. Mulai dari suara pemain yang tak terdengar (bahkan dewan juri yang berjumlah dua orang dan Bapak Nur Salim, selaku dosen Bahasa Indonesia, tidak bisa mendengar suara pemain dengan jelas), para pemain yang melakukan blocking, dan juga beberapa adegan yang tidak jelas. Tapi, untuk properti dan kostum yang digunakan, sudah sangat mendukung untuk drama Si Pitung dan Kompeni itu. Berlanjut dengan penampilan kelas kedua, yang juga masih berasal dari kelas Ilmu Pemerintahan.
Drama berlangsung agak membosankan untuk kedua penampilan ini, dan dari kelas D Pagi Ilmu Komunikasi yang sudah siap menampilkan drama dengan judul ‘Sampai Kapan? Pertanyaan Yang Menuntut Jawaban Pasti’ malah menjadi semakin yakin, kalau mereka akan memenangkan perlombaan sekaligus tugas drama tersebut.
“Minimal kita juara satu-lah,” ujar Hafizh Rizki Ramadhan, selaku Pimpinan Produksi, kepada teman-teman sekelasnya. Ucapannya langsung disambut dengan keoptimisan teman-teman yang lain. Walau tentu, kelas D Pagi Ilmu Komunikasi pun pasti terselip rasa tegang, terlebih saat penampilan ketiga, kelas C Pagi Ilmu Komunikasi membangkitkan antusias penonton dengan drama berjudul ‘Melawan Lupa’. Drama yang terasa nasionalis sekali dan jujur, membuat beberapa penonton merinding.
Kelas C ini merupakan tetangga dari kelas D, dan hal itu membuat nyali kelas D ciut. Tapi, kelas D tetap mencoba untuk optimis, kalau drama mereka nggak kalah keren.
Kelas D Ilmu Komunikasi mendapat giliran nomor tujuh, dan bersiap-siap untuk memakai kostum dan make-up ketika grup nomor empat sudah maju. Di dalam ruang kostum, tampak anak-anak yang berusaha berpenampilan secara totalitas.
Ada beberapa penambahan dalam drama berjudul, ‘Sampai Kapan?’ ini, yaitu seperti adanya orang gila (Edwin Riandi) yang akan membuka pertunjukan drama sembari bermonolog, mencurahkan perasaannya kepada pemerintah, akting Edwin selaku ketua kelas D ini memang totalitas. Penampilannya pun sudah benar-benar menyerupai orang tak waras itu. Lalu, ada juga pendagang asongan yang menjadi figuran karena scene pertama bercerita tentang lima sekawan yang sedang nongkrong di pinggir jalan. Betul, kan? Di pinggir jalan biasanya kita menemukan orang gila dan juga pendagang-pendagang. Lalu, di bagian akhir, seluruh anak kelas D akan membawa sebuah tulisan yang jujur saja, membuat merinding. Seingat saya tulisannya seperti ini, “Impian adalah... (saya agak lupa kelanjutannya kalimat ini).” Dilanjut dengan kalimat dari Mark Twain, “Dua hari yang penting dalam hidup Anda yaitu hari saat Anda dilahirkan dan hari untuk mengetahui tujuan hidup Anda.”
Saat jam menunjukkan pukul 12 siang, Kelas D Ilmu Komunikasi telah siap dengan kostum dan make-upnya, ini semua berkat kerja keras divisi kostum dan make-up. Setelah rapi, ternyata penampilan kelas ini harus ditunda dan mulai tampil jam 13.50. Anak-anak yang lain mulai kegerahan, beberapa ada juga yang berlatih ekspresi dan melantunkan dialognya. Tampaklah keseriusan dan ketegangan mereka. Sampai akhirnya, kelas ini dipersilahkan untuk maju.
Komentar pertama penulis untuk penampilan kelas D Pagi Ilmu Komunikasi ini, “Keren banget! Anak-anak di kelas main dengan sangat keren! Sungguh sangat berbeda pada saat latihan yang kebanyakan bercandanya.”
Dibelakang panggung, divisi logistik dan tata panggung tampak sibuk ke sana-kemari, menyiapkan properti. Tak lupa, divisi kostum pun harus dengan sigap menyiapkan pakaian selanjutnya yang akan dipakai para pemain. Kekompakan, itulah yang harus dilakukan pada saat itu. Dan, kelas ini memang benar-benar melakukannya. Di belakang, kami saling bekerja sama dan memuji penampilan teman-teman yang baru saja turun dari panggung, memberikan semangat dan senyuman hangat.
Narator pun membawakan narasi dengan sangat indah. Saya sebagai penulis skenarionya, merasa sangat bangga dengan kawan-kawan yang mampu membawakan cerita tersebut dengan sangat baik. Salute.
Setelah tampil, kelas D istirahat sebentar dan saling memuji satu sama lain. Tambah yakinlah mereka kalau kelas ini pasti menang. Lalu, ketika langit jingga mulai menggantung, pengumuman yang ditunggu-tunggu pun tiba.
Pengumuman dilakukan oleh Pak Budi, perwakilan juri. Pak Budi membuka dengan membeberkan penilaian seperti apa saja yang dilakukan, mulai dari vokal, blocking, audio, kostum, properti, dan juga cerita yang disampaikan. Pengumuman dimulai dengan menyebutkan divisi-divisi terbaik.
Guess What! Kelas D meraih dua nominasi, yaitu: Penata Cahaya Terbaik (yang dipegang oleh Bagas Prakoso) dan juga Aktris Terbaik (Yuliyanti Almaidah sebagai Ibu). Keren! Tentu saja hal itu membuat seluruh anak-anak kelas jadi tambah bersemangat.
Saat disebutkan juara untuk Harapan 1,2,3 dan juga juara 1,2,3, tampak kecemasan dari wajah anak-anak kelas D Pagi Ilmu Komunikasi. Terlebih, saat juri sudah menyebutkan juara 3 diraih oleh drama dengan judul ‘Sekolah Kok, Gitu?’. Semua mulai berharap dalam cemas. Tapi ternyata, kecemasan langsung sirna ketika juri menyebutkan kalimat ini dengan sangat merdu.
“Dan, untuk juara kedua, dimenangkan oleh kelompok dengan judul drama... “SAMPAI KAPAN?””
Langsung terdengar keriuhan dari kelas D Pagi Ilmu Komunikasi, dan diwakilkan oleh Cica (selaku salah satu pemain di drama tersebut) untuk maju ke panggung. Terdengar ucapan kegembiraan dan syukur, juga terselip rasa tidak menyangka akan menyenangkan seperti ini. Perjuangan mereka tidak sia-sia. Semuanya bergembira.
Dan untuk juara pertama, diraih oleh Kelas C Pagi Ilmu Komunikasi. Ya, memang kelas tersebut layak dijadikan pemenang pertama, cerita yang dibawakan sungguh menyentuh, dan juga didukung dengan akting pemainnya yang hebat.
Setelah pengumuman tersebut, warga kelas D Pagi Ilmu Komunikasi pun memutuskan untuk mampir ke salah satu tempat makan, merayakan kemenangan bersama dan memupuk keakraban.
Sungguh pengalaman pentas drama yang menyenangkan, walau pun dalam perjalanannya, banyak sekali permasalahan yang menghadang.
Selamat untuk kelas D Pagi Ilmu Komunikasi! Kemenangan ini mereka persembahkan untuk Sang Sutrada yang sedang sakit, Ayyash Damirel, semoga bangga. Dan, perjuangan yang patut diacungi dua jempol! Semoga bisa terus mengukir prestasi dan bertambah kreatif lagi.
*end*

Drama dengan judul ‘Sampai Kapan? Pertanyaan Yang Menuntut Jawaban Pasti’ berkisah tentang lima orang kawan yang berbeda daerah (Cica sebagai Mahasiswi asli Betawi, Alvita sebagai Mahasiswi asli Minang, Rizky sebagai Mahasiswi asli Jawa, Raihan sebagai Mahasiswa asli Ambon, dan Ersa sebagai Mahasiswa asli Sunda), tetapi bertemu di salah satu kampus di wilayah penyangga Ibu Kota. Berawal dari kekesalan Raihan melihat berita di salah satu koran yang dibawakan oleh penjual koran (Septian Bayu) yang sedang melintasi kelima sahabat yang sedang nongkrong di pinggiran jalan, Raihan kesal melihat berita yang isinya korupsi terus. Tapi, tanpa ia sadari, ia juga telah melakukan korupsi kecil-kecilan. Ia melontarkan pertanyaan ‘Sampai Kapan?’, tetapi ia sendiri pun tidak tahu sampai kapan Indonesia akan bebas dari korupsi.  Karena gorengan, Raihan dan sahabat-sahabatnya pun akhirnya bertengkar. Lalu, dilajut dengan kisah Cica yang risih mendengar celotehan tetangga, kalau ternyata Abangnya (Ferrizky) melakukan korupsi. Ibunya Cica (Yuliyanti) yang bekerja sebagai tukang jahit, langsung memarahi anaknya yang berani-beraninya mengambil uang Qur’ban dari warga. Ibu mereka mempertanyakan, ‘Sampai Kapan?’ anak laki-lakinya ini berhenti berbuat curang dan bisa segera berubah, dan lagi-lagi, ia tidak mendapatkan jawaban pasti dari anaknya tersebut. Tidak sampai disitu saja, ternyata Cica juga melakukan korupsi kecil-kecilan, seperti mengambil tulisan dari internet tanpa menyantumkan sumber dan juga menyalin tugas Ersa tanpa sepengetahuan Ersa! Ditambah, kisah Alvita Si Putri Minang yang menerima suap dari salah satu aktivis (Reza Andhika) yang mengajaknya berdemo di gedung DPR. Lalu, Rizky yang terpaksa membohongi bapaknya untuk dapat uang, agar bisa membantu meringankan beban Cica yang keluarganya sedang tertimpa bencana. Sementara, Ersa, dia adalah remaja jujur yang sangat pintar. Tapi, ketika kawan-kawannya mengalami konflik, Ersa pun tak luput dari permasalahan pula. Ia mendapat tekanan dari keluarga untuk segera lulus, dan emosinya memuncak ketika Alvita mengajaknya untuk berdemo, padahal saat itu Ersa sedang pusing-pusingnya karena proposal skripsinya ditolak. Ersa menganggap kalau kawan-kawannya ini hanya memikirkan diri mereka sendiri dan tidak sesolid dulu. Juga, pertanyaan ‘Sampai Kapan?’ selalu terlontar di setiap adegan.
Sampai pada suatu hari, karena seorang tunanetra penjual kerupuk dan juga penjual koran, permasalahan mereka terungkap dan mulai menemukan titik terang. Akhirnya, mereka mendapatkan sebuah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ‘Sampai Kapan?’nya, dan dengan semangat baru, mereka berjanji akan terus bersahabat dan meneriakkan kata “Kami, Generasi Anti Korupsi! Kamu?” Pertunjukan ditutup dengan lagu Ello-Buka Semangat Baru dan juga kata-kata motivasi. Narator pun menutupnya dengan kata-kata mutiara.

Pembukaan Acara oleh Bapak Nur Salim

Kelas D Pagi & Malam Bareng Pak Nur

Kelas D pagi&malam

Kelas D Pagi & Malam
 (Fotonya burem ya, tapi seru. Hahaha. Belum dapat foto yang bagus dari Sie.Dokumentasi, nih soalnya).

With the gratefully heart,
 
Dyah Apriliani K.
Penulis Naskah Drama ‘Sampai Kapan?’


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW BUKU-SHOOTING STAR BY VERONICA GABRIELLA]

[REVIEW] NOVEL MR AND MRS WRITER BY ACHI TM

RESENSI FANTASTEEN SCARY-HALTE ANGKER- BY DYAH APRILIANI